Keselarasan antara Teknik, Mental dan Naluri Penulis

 


Resume Pertemuan Kesembilan

Tema : Mental dan Naluri Penulis        
Tanggal:23 April 2021               
Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr
Gelombang:18

Menjadi penulis bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga sulit. Butuh teknik dan mental yang kuat dalam melakukannya. Caranya adalah dengan terus belajar dan belajar agar menjadi penulis yang baik. Tak hanya dibutuhkan fisik yang kuat tetapi mentalpun turut berperan agar segala aktifitas yang kita lakukan  dapat terselesaikan dengan baik pula.Kesehatan mental merupakan hal yang penting bagi kehidupan kita, apalagi di zaman "now" ini dimana sosial media makin merebak. Sangat aktif menggunakan sosial media dapat mengubah mood atau perilaku seseorang. Maka menjaga kesehatan bukan hanya dari segi fisik saja tetapi juga dari segi mentalnya lebih utama. Karena hal ini akan menjadi penyeimbang dalam melakukan kegiatan kita sehari-hari.

Seperti kata pepatah yang mengatakan " Mens Sana in Corpore Sano", yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Dari pepatah tersebut dapat disimpulkan bahwa antara fisik dan mental itu saling berkaitan satu sama lain. Tak boleh terpisahkan.

Dalam hal menulis kita perlu menyeimbangkan antara teknik, mental dan naluri yang kita punya, agar tercipta tulisan yang harmoni dan enak dibaca. Tanpa adanya keselarasan antara ketiga hal tersebut, maka tulisan kita seperti tak bernyawa. Teknik itu seperti bagaimana cara kita membuat judul, lay out, pengetikan yang tidak typo dan lain sebagainya. Sedangkan mental itu bagaimana jiwa kita berperan dalam penulisan tersebut, seperti keberanian membuat suatu kisah, keberanian memposting tulisan, kesiapan dikritik dan menerima pujian. 

Satu lagi yang tak kalah penting adalah naluri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Naluri diartikan sebagai dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir, pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu. Naluri disebut juga insting. Nah dari sini kita ketahui bahwa naluri atau insting berperan dalam menggerakkan kita menjadi penulis.

Seperti kata narasumber kita siang ini ibu Ditta, beliau mengatakan dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu :

1. Dying writer
2. Dead man
3. Sick people
4. Alive
  •  Tipe pertama adalah Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.

Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah  teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb).
Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis.
Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.
  • Tipe kedua adalah Dead Man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish.
Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah  mumpuni.
  • Tipe ketiga adalah Sick People. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya.
Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya.

Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu                     panjang, dsb.

Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh.
Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca,  sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.
  • Tipe keempat tentu saja kategori terbaik, yaitu Alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa.

Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya.

Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi            secara umum kita bisa mengenali mereka.

Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis,            bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb.
Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb)


 Apakah kita bisa menjadi alive? TENTU BISA!

Yang penting terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya. Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain.

Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya.
Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan. Ada banjir yang melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi dsb, kemudian tergerak membuat tulisan.

Itu adalah contoh sosok yang memiliki naluri penulis.
Ada lagu syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan.

Ini pun contoh naluri penulis.
Kenali diri Anda dan lingkungan Anda, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.


 
Saya hanya ingin menambahkan bahwa dalam menulis kita perlu kenali diri terlebih dahulu  serta bagaimana style kita, maka dari itu kita akan dapat menentukan hal apa saja yang kita lakukan dalam menciptakan suatu tulisan yang bermakna nan bersahaja. Let's do it..


by Laisa

Posting Komentar

7 Komentar

  1. Wow, Mantaaap resume nya bu. Luarbiasa👍

    BalasHapus
  2. mantul resumenya.. pengembangan ny keren👍

    BalasHapus
  3. Kata-kata wow dan mantul cocoknya untuk ibu berdua yang super warrbiassa...

    BalasHapus
  4. Resumenya sudah baik. Penggunaan rujukan juga sudah ada "beliau memaparkan ..." ini penting dalam dunia kepenulisan agar tidak dicap plagiat.

    Sedikit masukan saja untuk Ibu Laisa, penulisan dalam dunia online dan cetak sedikit berbeda. Orang biasanya berselancar di dunia Maya untuk mencari informasi dengan cepat. Oleh karena itu, biasanya tulisan di dunia Maya dibuat pendek-pendek. Silakan cek berbagai media massa online. Kita akan temukan paragraf yang ditulis pun pendek-pendek.

    Nah, ketika akan menulis artikel panjang, paragraf pendek menguntungkan penulisaupun pembaca. Karena dengan paragraf "pendek" itulah tulisan panjang tak kan terasa dibaca. Dalam tulisan Bu Laisa, menurut pendapat saya, paragraf pertama masih bisa dipecah menjadi 2 paragraf pendek sehingga lebih nyaman untuk dibaca.

    Demikian masukan dari saya, semoga berkenan 🙏🏻

    BalasHapus
  5. Terima kasih bu atas masukannya..Sangat bermanfaat

    BalasHapus